laki laki adalah raja?
Laki laki adalah
raja?
Pemimpin laki laki adalah raja,pemimpin perempuan di sebut
ratu,tetapi pendamping raja juga disebut ratu,jadi peran ratu itu sebagai pemimpin atau
pelengkap raja saja?.Memikirkan itu salah satu rangkaian kata terkenal terngiang dalam benak saya “Ratu
dapat menjadi menjadi ratu tanpa raja.tetapi raja tidak dapat menjadi raja tanpa ratu”,hal itu memang
dapat dibuktikan pada masa sekarang dimana penguasa dataran Inggris Elizabeth 2 disebut ratu dan
suaminya Phillip disebut sebagai pangeran.Tapi apakah hal itu benar benar berlaku pada kehidupan
sebenarnya?kehidupan di dalam rumah kecil kita?.
Dalam
kehidupan kita dikenal istilah ratu rumah atau biasa disebut nyonya
rumah,tetapi ratu rumah disini sangat berbeda dengan istilah ratu diatas,seorang
nyonya rumah digambarkan sebagai Cinderella yang hidup nyaman,dan aman di rumah,tanpa harus
melangkah selangkah keluar dari rumah uang akan selalu ada,dan ATM
akan terisi,namun hal itu harus dibayar mahal dengan sikap patuh dan tunduk pada sang tuan rumah,siapa lagi kalau bukan sang
suami,dan selalu dirundung kekhawatiran ditinggalkan sang pangeran?karena mereka tak kuat tak bisa
mencukupi kehidupanya sendiri,setakut itukah
para wanita
itu?setinggi itukah peran laki laki dalam kehidupan?.
Tak
bisa dipungkiri bahwa hal itu merupakan salah satu pemicu dari budaya
partriarki,atau secara gampangnya saja disebut sebagai budaya yang membuat laki
laki menjadi raja di setiap lini kehidupan anggapan wanita sebagai makhluk lemah,pasrah,dan perasa membuatnya
dipaksa terkurung di dalam
rumah dan menjadikanya objek yang senantiasa harus patuh dan
tunduk pada laki laki,belum lagi
budaya 3M
(Masak,Manak,Macak) semakin menguatkan bagaimana peranan wanita dalam budaya yang telah berlaku beradab abad ini.
Budaya patriarki seakan telah
mengakar di dalam kehidupan masyarakat bahkan sampai
millenium 2 ini hal
ini diintrepersikan dalam tingginya angka buta huruf dan rendahnya angka
pendidikan,hal ini
banyak ditemui di desa desa yang masyarakatnya lebih mengutamakan pendidikan bagi kaum laki laki
dengan alasan sebagai kepala keluarga dan lebih menikahkan anak dalam usia dini.Dalam lingkungan
masyarakat urban budaya patriarki juga tercermin dengan adanya kesenjangan upah bagi pekerja
perempuan dan laki laki,dilansir dari wagel indicator rata rata pekerja laki
laki Indonesia mendapat
gaji 11% lebih tinggi dari pekerja perempuan.Meningkatnya tingkat pelecehan seksual juga
menguatkan adanya budaya patriarki di Indonesia.
Pembagian tugas di rumah dan pengajaran
tata karma di rumah juga kerap mendukung adanya patriarki,seperti contohnya ketika seorang ayah dan anak laki
laki nya sedang berolahraga,sang ibu dan anak perempuanya
harus menyiapkan teh hangat dan memasak,selain itu adanya bentuk pengajaran tata karma seperti “perempuan itu gak boleh bicara keras
keras” juga seolah mendukung mendarah dagingnya patriarki.Dalam
bidang pendidikan juga secara tidak langsung mendukung patriarki,seperti
yang kerap di temui dalam buku teks bahasa Indonesia“ibu memasak
dan ayah membaca koran”juga dapat diindentifikasi sebagai unsur patriarki.
Budaya
patriarki yang mendarah daging ini,pasti juga mengandung unsur positif dan
negatif patriarki dapat mendorong tingkat produktivitas kaum laki
laki dimana dalam budaya patriarki mereka dianggap sebagai kaum pekerja demi keluarga,selain itu
patriarki juga dapat membuat kaum perempuan semakin peduli dan menyanyangi keluarga dan buah hatinya,tetapi hal ini di khawatirkan dapat menjadi bumerang dalam bentuk tekanan baik kepada pihak laki laki
atau perempuan,stereotip laki laki harus kuat dan perempuan harus di lindungi dapat muncul dalam
budaya ini.
Patriarki
juga dapat membuat seorang laki laki terlalu berkuasa dan merasa selalu
benar,serta
membuat kaum perempuan semakin terpenjara dalam budaya yang
ada,hal ini terjadi pada pelarangan bagi perempuan untuk menggunakan pakaian minim dan berjalan
sendiri saat larut malam,karena dikhawatirkan dapat mengakibatkan pelecehan seksual ataupun
pemerkosaan yang mana sebagian besar menaatinya untuk meredam nafsu laki laki,apakah nafsu tidak
dapat dikontrol?dan nafsu bukanlah alasan yang tepat untuk membenarkan adanya pelecehan
seksual,karena pelecehan seksual bagaimanapun bentuknya merupakan hal yang biadap dan kejam.
Perempuan
Indonesia hari ini memang sudah sangat maju dan berkembang pesat,kesempatan dalam berpendidikan dan berkarir kian terbuka lebar,yang
pastinya diikuti tingkat kecerdasan dan cara berpikir yang maju kedepan,jadi apakah kita harus masih mengang ngap laki laki sebagai raja dan diam dalam menyikapi patriarki yang semakin menggerogoti budaya
ini?.
Satu pertanyaan dari
saya,apakah kaum laki laki adalah raja?
Comments
Post a Comment