Dia dalam baris memori

Dia yang terdiam diantara marmer putih yang kehilangan kilaunya
Sambil bergemericik mendengar genangan terlindas roda

Ia tak habis dahaga memandang embun disekeliling jendela
Pada bus yang hilang waktu tentang rintiknya senja

Tulangnya bengkok mengadah tas marunnya
Sehingga digelempar dengan mudah dalam ruko hijau yang basah

Sajak sajak terucap dalam mantranya
bukan puisi tetapi anekdot yang tertatih

Gingsulnya sering mengintip seiring senyumnya yang perih
Berharap tak dapat membalik baris baris memori

Dia adalah sebuah memori yang tak ingin dimemoarkan.

Comments

Popular Posts